Friday 9 January 2009

HUJAN TAK JUGA REDA

Hari ini setelah tengah hari hampir lewat hujan turun begitu sempurna
Hingga lara ini padam begitu saja dalam deras air
Mengalir bersama rintihan air

Dan segera setelahnya aku berkirim kabar lewatnya...

Ku kabarkan kepada seluruh dunia bahwa ternyata aku tak mampu membohongi jiwaku yang lara,
begitu pula hatiku yang tengah berpegang pada kemenangan sesaat,
yang begitu menyesatkan.

Aku kabarkan lagi pada dunia, jika
ternyata separuh hatiku masih menunggu kabar darinya...
sekalipun layu bunga mendampingiku disetiap waktu
dan selalu saja seruni mekar dengan suburnya di padang datar,
diantara istana pangeran yang dipertuan semesta dan masih dalam krendahan hatiku untuk mengaguminya meski bukan untuk memetiknya.

Sore ini hujan masih juga belum reda,
rintik gerimis mengundangku dalam ingatan yang begitu pekat nan indah,
ketika itu dalam memoriku yang tajam terlantun alur yang begitu sempurna.
Seketika saat aku mengenang betapa leganya aku mengatakan rasa ini tanpa takut pada pangeran,
dan tanpa lewat angin, hujan dan seketika setelahnya alam bersorak sorai.
Begitu damainya hati ini tatkala hujan menyejukkanku dalam ingatan bahwa pengelana ini mngagumi Seruni.

Tak bisa ku elakkan lagi atas rasa yang begitu sempurna.
petang ini pun hujan tak juga reda sementara indu ini lirih berkawan pada rasa yang hampir terendap dalam peraduanku
Dan menjadi sangat sempurna ketika hujan menghangatkan tubuhku dalam kepelikan yang membekapku dalam sunyi sepi malam ini.
Jum'at 9 januari 2009
Sesuatu yang tak bisa ku bohongi adalah
hatiku sendiri.
Maafkan aku Seruni, maaf atas rasa yang tak juga lekang.

No comments: